Jumat, 29 September 2023 06:28 WIB

Manajemen Risiko Kegiatan Alam

Selasa, 17 Januari 2023 08:36:00

Oleh: Redaksi | 435 view

Syara Amalia

( Mahasiswi STEI SEBI Prodi Manajemen Bisnis Syari’ah 2020 )

Empat tahun yang lalu, di Bantarkalong, Tasikmalaya tepatnya tanggal 18 November 2018 telah terjadi tragedi yang menewaskan 1 orang dari total 4 Orang Mahasiswa yang terjatuh di gua saat kegiatan bimbingan komunitas pecinta alam, kejadian itu tentu saja sangat menyayat hati, kegiatan yang seharusnya menyenangkan berubah menyedihkan bahkan mengerikan. 

Tasikmalaya terkenal dengan berbagai destinasi wisata alam, terdapat gunung, bukit, air terjun, kebun teh, juga hamparan pantai yang sangat indah. Belajar dari hal tersebut, peran Manajemen Risiko tentu saja sangat penting demi menghindari kejadian yang tidak diharapkan. Ketika merencanakan akan melaksanakan kegiatan alam bebas, sangat penting untuk mempertimbangkan dan mendata segala kebutuhan, teknik pelaksanaan kegiatan dan rekomendasi teknik pelaksanaan. Hal ini akan membuat pendamping bisa melaksanakan kegiatan dengan profesional dan aman. Juga harus dipastikan bahwa kegiatan itu dilaksanakan dengan standar umum yang berlaku untuk kegiatan tersebut atau dalam istilah industrialnya disebut industrial best practice.

Dalam buku Fundamentals Of Risk Management (Paul Hopkin & Clive Thompson) Pengertian Manajemen Risiko Menurut Australia/New Zealand Standards adalah suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimalisasi kerugian dan memaksimumkan kesempatan.

Kegiatan alam bebas memerlukan perencanaan yang matang untuk mencegah insiden serta tindakan pertama atau respon yang harus dilakukan bila insiden benar – benar terjadi.  Dokumen – dokumen mengenai rencana kegiatan, teknis pelaksanaan dan manajemen risiko bisa dipakai untuk  panduan dan bahan pelatihan. Untuk menyiapkan hal tersebut harus telaten dan rajin, karena semua hal menyangkut kegiatan serta pelaksanaan tindakan darurat harus tertulis.

Dalam resiko manajemen, semua pendamping harus ikut pelatihan tentang manajemen risiko. Semua perencanaan darurat harus terdata, tertulis dan harus diimplementasikan. 

Rencana manajemen resiko dibuat untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang mungkin timbul pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan langkah yang harus diambil. Manajemen risiko harus mengidentifikasi semua sumber bahaya yang ada di lapangan dengan jelas (lingkungan, alat, manusia) dan dampak terhadap peserta atau khalayak ramai bila insiden tersebut terjadi.

  Rencana perjalanan yang tertulis dan terpetakan membuat pendamping mampu untuk mengartikulasikan perjalanan sesuai dengan rute yang akan dilalui. Rencana perjalanan merupakan salah satu bagian terpenting dari manajemen risiko. Meneliti sumber bahaya sesuai dengan rute yang akan dilalui, para pendamping juga harus faham betul dengan rute tersebut. Dokumen perjalanan sebelumnya bisa digunakan sebagai panduan bila akan melakukan kegiatan/perjalanan yang sama.

Rencana Panduan juga mesti dibuat sebagai petunjuk penanganan pertama jika terjadi hal yang tidak diinginkan, termasuk SOP untuk pendamping yang membahas mengenai penjelasan tentang tingkat kecelakaan, apa tindakan pertama yang mesti dilakukan, bagaimana mengelolanya dan sampai batas kondisi seperti apa (jumlah kerugian,tingkat cedera dll) seorang pendamping bisa membuat keputusan.

Review Keselamatan juga sangat penting, dimana pendamping meneliti dan membuat manajemen terkait risiko keselamatan dan bahaya di lapangan, kemungkinan apa saja yang bisa terjadi dan cara untuk menghindarinya. Dengan review tersebut, bisa diperoleh perspektif lebih luas tentang keselamatan suatu kegiatan, sehingga kebijakan keselamatan terjamin setelah adanya penelitian dan data tersebut.

Dalam pelaksanaan kegiatan alam bebas, SAR memerankan titik sentral dalam manajemen risiko. Pengetahuan akan lokasi dan posisi tim SAR serta bagaimana menghubungi mereka dalam kondisi darurat akan menentukan kondisi insiden selanjutnya. Keberadaan tim SAR juga akan menimbulkan rasa optimisme peserta bahwa mereka berkegiatan dalam kondisi aman.

Semua hal tersebut adalah dokumen tentang keselamatan serta sistem manajemen, implementasi di lapangan menjadi panggung demonstrasi keterampilan staf, pendamping dan manajer program. Mereka bertanggung jawab atas terlaksana atau tidaknya sistem keselamatan ini di lapangan. Beberapa insiden yang terjadi dalam kegiatan alam bebas diakibatkan oleh kegagalan pendamping menyampaikan risiko insiden yang kapanpun dan dimanapun bisa terjadi, sumber bahaya yang menyertai kegiatan, perlengkapan yang digunakan serta himbauan tentang apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.  

Demikian pentingnya manajemen risiko agar segala kegiatan yang kita lakukan bisa dalam kendali dan tidak terjadi hal-hal yang diinginkan, akan lebih baik jika kita sudah tau apa saja risiko yang mungkin dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya. Selain itu, hal paling utama yang mesti dilakukan adalah berdo’a, menitipkan pendamping serta peserta kepada sang pencipta agar kegiatan terlaksana dengan lancar, baik dan tentu saja berkah.

Komentar Anda

BACA JUGA
Rabu, 07 Juni 2023