Sinergi Antara Tiga Kementerian dalam Era Pemisahan Kemendikbudristek
Penulis : Indri Nuraeni
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
Tribuana News, Tasikmalaya -- Pemisahan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi tiga kementerian yang berbeda telah memicu terjadinya panas di kalangan masyarakat. Apakah langkah ini akan mengoptimalkan pengelolaan masing-masing sektor, atau justru menghambat integrasi antara pendidikan dan kebudayaan yang selama ini dianggap sebagai pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa? Studi terbaru menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pemahaman yang kuat tentang budaya cenderung memiliki tingkat empati dan toleransi yang lebih tinggi. Lalu, bagaimana perpisahan ini akan mempengaruhi pembentukan karakter generasi muda? Padahal, sejak dahulu pendidikan dan kebudayaan berjalan beriringan, membentuk karakter dan identitas bangsa. Namun, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, Nadiem Anwar Makarim menyatakan harapan agar pemisahan ini membawa pengelolaan yang lebih terarah. Esai ini mengeksplorasi peluang dan tantangan yang muncul akibat pemisahan ini, baik dari segi pengelolaan kebudayaan yang lebih terfokus maupun potensi risiko melemahnya pendidikan karakter.
Kebudayaan memainkan peran sentral dalam pendidikan karakter bangsa. Melalui kurikulum yang menyatukan pendidikan dan kebudayaan, siswa memperoleh nilai moral dan identitas budaya. Namun, dengan pemisahan ini, terdapat kekhawatiran nilai budaya mungkin kurang diutamakan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Di sisi lain, pemisahan kementerian ini memungkinkan Kementerian Kebudayaan mengelola budaya secara mandiri dan terfokus, yang dapat memperkuat pelestarian budaya Indonesia. Meski ada keuntungan, integrasi kuat antara kedua kementerian tetap penting agar nilai-nilai budaya tetap terintegrasi dalam pendidikan karakter siswa.
Pemecahan ini memberikan peluang untuk fokus yang lebih spesifik dalam pengelolaan setiap bidang. Misalnya, Kementerian Kebudayaan bisa lebih optimal dalam mengembangkan kebijakan pelestarian budaya tanpa bersaing dengan prioritas pendidikan. Sementara itu, Kementerian Pendidikan Tinggi memiliki peluang untuk meningkatkan riset ilmiah yang relevan untuk pembangunan nasional. Meski demikian, penting untuk menjaga kolaborasi erat antar kementerian untuk memastikan pendidikan karakter yang utuh bagi generasi muda.
Diperlukan kolaborasi antara Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk memastikan kebudayaan tetap menjadi bagian dari kurikulum formal. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan menyusun program-program pendidikan berbasis budaya secara bersama, sehingga nilai karakter tidak terabaikan. Selain itu, program ekstrakurikuler dan kegiatan sekolah berbasis budaya dapat dilakukan dengan dukungan dari kedua kementerian untuk menjaga pendidikan karakter berbasis budaya yang berkelanjutan.
Pemisahan Kemendikbudristek menjadi tiga kementerian yang berbeda menawarkan peluang untuk fokus pada bidang masing-masing secara lebih spesifik. Namun, keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada sinergi dan kolaborasi yang kuat antar kementerian. Pendidikan dan Kebudayaan adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Dengan menjaga komunikasi yang efektif dan menyelaraskan kebijakan, kita dapat memastikan bahwa nilai-nilai budaya tetap terintegrasi dalam pendidikan karakter generasi muda. Melalui kolaborasi yang berkelanjutan, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki nilai-nilai luhur dan identitas nasional yang kuat.