Akankah AI Menggantikan Guru? Tantangan dan Peluang dalam Pendidikan di Era Digital
Penulis : Rifda Sa'adatul Laila
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Tribuana News, Tasikmalaya -- Bayangkan sebuah kelas tanpa guru, hanya ada layar komputer yang menyajikan materi pelajaran. Menarik, bukan? Namun, apakah pembelajaran akan seefektif ketika ada seorang guru yang siap menjawab pertanyaan, memberikan motivasi, dan membimbing setiap siswa?
Pertanyaan inilah yang menjadi fokus utama dalam perdebatan mengenai peran AI dalam dunia pendidikan. Era digital telah membawa kita pada ujung baru dalam dunia pendidikan.
Kehadiran kecerdasan buatan (AI) semakin mendekatkan kita pada visi pembelajaran yang
lebih personal dan efisien. Namun, seiring dengan perkembangan pesat AI, muncul pertanyaan
mendasar "Sejauh mana AI dapat menggantikan peran guru yang selama ini menjadi jantung dari proses pembelajaran?" Maka, dalam hal ini penulis akan mengupas tuntas potensi dan tantangan AI dalam dunia pendidikan, serta menggarisbawahi pentingnya peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang humanis.
Salah satu potensi utama AI dalam pendidikan adalah kemampuannya untuk mempersonalisasi pembelajaran. Melalui algoritma canggih, AI dapat menganalisis data kinerja siswa dan menyesuaikan materi pelajaran sesuai kebutuhan individu. Sebuah penelitian oleh Lince (2022) menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Namun, di balik potensi positifnya, implementasi AI dalam pendidikan juga menimbulkan sejumlah tantangan. Salah satu kekhawatiran utama adalah ketergantungan siswa pada AI. Penelitian oleh OECD (2019) menunjukkan bahwa siswa yang terlalu mengandalkan AI cenderung memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih rendah. Selain itu, kesenjangan digital juga menjadi masalah serius. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap teknologi, sehingga dapat memperlebar jurang kesenjangan pendidikan.
Skenario yang lebih realistis adalah kolaborasi antara manusia dan AI. Guru dapat memanfaatkan AI sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Misalnya,
AI dapat digunakan untuk menganalisis data kinerja siswa dan memberikan rekomendasi pembelajaran yang lebih personal. Guru kemudian dapat menggunakan informasi ini untuk merancang kegiatan pembelajaran yang lebih relevan dan efektif.
Berdasarkan bukti yang ada, meskipun AI mampu mengotomatisasi banyak tugas yang sebelumnya dilakukan oleh guru, namun peran manusia dalam pendidikan tetap tak tergantikan.
Kecerdasan emosional, kemampuan berempati, dan fleksibilitas dalam merespons kebutuhan
individu siswa adalah hal-hal yang sulit ditiru oleh AI. Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran, motivator, dan mentor bagi siswa. Mereka mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung, serta membantu siswa mengembangkan keterampilan
sosial dan emosional yang penting untuk sukses dalam hidup. AI dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna bagi guru, namun tidak akan pernah bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam pendidikan.
Dari sudut pandang ini, tampak jelas bahwa AI akan memperlebar kesenjangan digital memang benar, namun hal ini tidak berarti bahwa kita harus menghentikan pengembangan AI dalam pendidikan. Sebaliknya, kita perlu berupaya untuk mengatasi masalah kesenjangan
digital secara bersama-sama. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan teknologi harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua siswa, terlepas dari latar belakang sosial
ekonomi mereka, memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan sumber daya pembelajaran.
Selain itu, pengembangan perangkat lunak dan perangkat keras yang lebih murah dan mudah digunakan juga dapat membantu mengurangi kesenjangan digital.
Secara keseluruhan, AI memiliki potensi besar untuk memajukan pembelajaran yang lebih personal dan efisien. Meskipun demikian, peran guru tetap penting dalam memberikan dukungan emosional, membimbing perkembangan sosial-emosional, serta menciptakan interaksi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Dengan kolaborasi antara guru dan AI dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih dekat dengan kebutuhan setiap siswa, membuatnya lebih relevan dan bermakna. oleh karena itu, AI bukanlah pengganti guru, melainkan alat bantu yang dapat memperkuat peran guru sebagai fasilitator yang humanis dalam proses pendidikan.
SUMBER REFERENSI:
Leuwol, F. S. (2016). Penggunaan Model Quantum Learning (Mind Mapping) terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa Pendidikan Geografi. PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogik Dan
Dinamika Pendidikan, 4(2), 67-79.OECD. (2019). Students, computers and learning: Making the most of technology in education.
OECD Publishing