Menjaga Mental Siswa, Mengorbankan Mental Guru?
Penulis : Selly Aprilia Santana
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia
Tribuana News, Tasikmalaya - Tuntutan elit, gaji sulit. Sebuah ironi yang melekat erat pada profesi guru di zaman sekarang. Guru diharuskan menjadi pendamping, pembimbing, dan pelindung kesehatan mental siswa, namun sering kali mengorbankan kesejahteraan mentalnya sendiri. Seolah-olah guru adalah lilin yang terus menyala demi memberikan cahaya bagi orang lain, tetapi pada akhirnya dirinya hancur lebur.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di sekolah, guru dituntut untuk lebih peka terhadap kondisi psikologis siswa. Mereka harus memahami masalah pribadi siswa, meredam emosi negatif, dan memberikan dukungan penuh di saat-saat sulit. Sayangnya, dalam banyak kasus, guru sendiri tidak mendapatkan perlindungan atau perhatian yang layak. Tekanan untuk menjaga siswa tetap stabil dan bahagia membuat guru harus mengesampingkan perasaan dan kebutuhan mereka sendiri.
Tidak jarang siswa yang seharusnya menjadi pihak yang dilindungi, justru menjadi sumber stres bagi para guru. Penghinaan, ketidakhormatan, atau bahkan ancaman dari siswa dapat merusak keseimbangan mental guru. Guru dituntut menjaga mental siswa, namun seringkali mental mereka sendiri yang terluka. Apalagi dalam konteks dunia pendidikan yang semakin menekankan “kepentingan siswa di atas segalanya,” guru sering kali merasa tidak memiliki ruang untuk mengeluh atau mencari dukungan. Di satu sisi, mereka harus menjadi pahlawan yang menjaga kesehatan mental siswa. Di sisi lain, siapa yang menjaga mental guru?
Tekanan ini semakin diperparah oleh kurangnya penghargaan terhadap profesi guru. Gaji yang tidak sebanding dengan beban kerja membuat kesejahteraan finansial guru pun kerap menjadi masalah tersendiri. Dalam situasi seperti ini, guru diharapkan bisa bertahan dengan segala keterbatasan, sambil terus memberikan yang terbaik untuk siswa. Namun, seberapa lama seorang guru bisa bertahan dalam kondisi seperti ini?
Guru adalah pondasi penting dalam sistem pendidikan, tetapi jika mental mereka terus menerus dihancur, apakah mungkin mereka tetap dapat menjalankan tugasnya dengan baik? Masyarakat, orang tua, dan para pemangku kebijakan perlu melihat kenyataan bahwa menjaga mental guru sama pentingnya dengan menjaga mental siswa. Sebab, ketika seorang guru memiliki kesejahteraan mental yang baik, mereka akan mampu memberikan yang terbaik kepada siswa.
Di masa depan, kita perlu menumbuhkan budaya yang lebih mendukung bagi para guru. Mereka tidak hanya membutuhkan apresiasi dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk dukungan emosional dan profesional. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru. Pada akhirnya, guru yang sehat secara mental akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung bagi siswa.