Sebenarnya, KKN : Kuliah Kerja Nyata atau Kuliah Kerja Nyantai?
Penulis : Nisrina Nur Khaliza
Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya
Tribuana News, Tasikmalaya -- Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah program pengabdian masyarakat yang menjadi salah satu syarat kelulusan bagi sebagian besar mahasiswa di Indonesia. Program ini dirancang untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah dan berkontribusi langsung dalam pembangunan masyarakat. Namun realitas menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa memandang KKN adalah waktu untuk “kerja nyata” di masyarakat, namun banyak mahasiswa menganggap kurang serius atau sekedar “kerja nyantai” dan sebagai ajang liburan atau formalitas belaka. Pertanyaannya adalah, mengapa hal ini terjadi? Apakah program KKN yang ada saat ini sudah efektif dalam mencapai tujuannya?
Ketidaksesuaian pengalaman tersebut adanya sebagian mahasiswa melihat KKN sebagai kesempatan emas untuk menerapkan ilmu yang mereka pelajari ke dalam kehidupan nyata dan membantu masyarakat. Mereka memanfaatkan KKN untuk berkontribusi nyata, seperti mengajar di sekolah, membuat program literasi, atau membantu ekonomi kreatif desa. Aktivitas ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah di lapangan. Mahasiswa yang aktif dalam KKN mendapat pengalaman langsung yang jarang diperoleh di ruang kelas, seperti belajar bekerjasama dengan masyarakat, berkomunikasi, dan menghadapi tantangan nyata di lapangan.
Di sisi lain, banyak mahasiswa yang menganggap KKN hanya sebagai formalitas, kegiatan yang tidak memberikan dampak nyata atau sekadar kesempatan untuk bersantai di luar kampus. Ketika bimbingan atau program kurang relevan, mahasiswa merasa sulit menemukan tujuan yang jelas dalam kegiatan mereka, sehingga waktu diisi dengan kegiatan santai, atau bahkan rekreasi. Hal ini terjadi karena beberapa program KKN tidak selalu terstruktur atau diarahkan dengan baik, yang akhirnya mengurangi keseriusan mahasiswa dalam menjalankannya. Beberapa kasus saya temui, mahasiswa tingkat akhir malah merasa KKN sebagai ajang menghambur-hamburkan uang.
Berbagai faktor berpengaruh terhadap perbedaan pandangan mahasiswa terhadap KKN, mulai dari kurangnya bimbingan hingga relevansi program. KKN yang diorganisir dengan baik dan memiliki tujuan yang jelas akan lebih bermanfaat dan memotivasi mahasiswa untuk memberikan kontribusi. Namun, jika bimbingan dari kampus minim, atau fasilitas tidak memadai, mahasiswa mungkin melihat KKN sebagai beban tambahan . Selain itu, kesiapan mahasiswa sendiri dan bagaimana mereka menanggapi situasi di lapangan juga memengaruhi cara mereka melihat dan menjalani KKN, apakah dengan serius atau santai.
KKN memiliki potensi besar untuk menjadi wadah bagi mahasiswa dalam mengembangkan diri dan berkontribusi bagi masyarakat. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Universitas perlu melakukan evaluasi secara berkala terhadap program KKN yang ada dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Dosen pembimbing juga perlu memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada mahasiswa. Sementara itu, mahasiswa sendiri perlu memiliki kesadaran akan pentingnya KKN dan proaktif dalam mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi di lapangan. Dengan demikian, KKN dapat menjadi pengalaman yang bermakna bagi semua pihak yang terlibat.